Senin, 24 Desember 2012
Kamis, 13 Desember 2012
Cerpen "Rumah yang Terang" karya Ahmad Tohari
Listrik sudah empat tahun masuk kampungku dan sudah banyak yang
dilakukannya. Kampung seperti mendampat injeksi tenaga baru yang
membuatnya menggeliat penuh gairah. Listrik memberi kampungku cahaya,
musik, es, sampai api dan angin. Di kampungku, listrik juga membunuh
bulan di langit. Bulan tidak lagi menarik hati anak-anak. Bulan tidak lagi
mampu membuat bayang-bayang pepohonan. Tapi kampung tidak merasa
kehilangan bulan. Juga tidak merasa kehilangan tiga laki-laki yang tersengat
listrik hingga mati.
Sebuah tiang lampu tertancap di depan rumahku. Seperti semasa
teman-temannya sesama tiang listrik yang membawa perubahan pada rumah
yang terdekat, demikian halnya beton langsing yang menyangga kabel-kabel
di depan rumahku itu. Bedanya, yang dibawa ke rumahku adalah celotehceloteh
sengit dua tetangga di belakang rumahku.
Sampai sekian lama, rumahku tetap gelap. Ayahku tidak mau pasang
listrik. Inilah yang membuat tetangga di belakang rumah jengkel terusterusan.
Keduanya sangat berhasrat menjadi pelanggan listrik. Tapi hasrat
mereka tak mungkin terlaksana sebelum ada dakstang di bubungan rumahku.
Rumah dua tetangga di belakang itu terlalu jauh dari tiang.
Kampungku yang punya kegemaran berceloteh seperti mendapat jalan
buat berkata seenaknya terhadap ayah. Tentu saja dua tetangga itulah
sumbernya. “Haji Bakir itu seharusnya berganti nama menjadi Haji Bakhil.
Dia kaya tetapi tak mau pasang listrik. Tentu saja dia kawatir akan keluar
banyak duit.”
Kadang celoteh yang sampai di telingaku sedemikian tajam sehingga
aku tak kuat lagi menerimanya. Mereka mengatakan ayahku memelihara
tuyul. “Tentu saja Haji Bakir tak mau pasang listrik karena tuyul tidak suka
cahaya terang.” Yang terakhir kedua tetangga itu merencanakan tindakan
yang lebih jauh. Entah belajar dari mana mereka menuduh ayahku telah
melanggar asas kepentingan umum. Mereka menyamakan ayahku dengan
orang yang tidak mau menyediakan jalan bagi seseorang yang bertempat
tinggal di tanah yang terkurung. Konon mereka akan mengadukan ayahku
kepada lurah.
Aku sendiri bukan tidak punya masalah dengan sikap ayah. Pertama,
akulah yang lebih banyak menjadi bulan-bulanan celoteh yang kian meluas
di kampungku. Ini sungguh tidak nyaman. Kedua, gajiku sebagai propagandis
pemakaian alat kontrasepsi memungkinkan aku punya radio, pemutar pita
rekaman, juga TV (karena aku masih bujangan). Maka alangkah konyolnya
sementar listrik ditawarkan sampai ke depan rumah, aku masih harus repot
dengan setiap kali membeli baterei dan nyetrum aki.
Ketika belun tahu latar belakang sikap ayah, aku sering membujuk.
Lho, kenapa aku dan ayah tidak ikut beramai-ramai bersama orang
sekampung membunuh bulan? Pernah kukatakan, apabila ayah enggan
mengeluarkan uang maka pasal memasang listrik akulah yang menanggung
biayanya. Karena kata-kataku ini ayah tersinggung. Tasbih di tangan ayah
yang selalu berdecik tiba-tiba berhenti.
“Jadi kamu seperti orang-orang yang mengatakan aku bakhil dan
pelihara tuyul?”
Aku menyesal. Tapi tak mengapa karena kemudian ayah mengatakan
alasan yang sebenarnya mengapa beliau tidak mau pasang listrik. Dan alasan
itu tak mungkin kukatakan kepada siapa pun, khawatir hanya mengundang
celoteh yang lebih menyakitkan. Aku tak rela ayah mendapat cercaan lebih
banyak.
Betapa juga ayah adalah orang tuaku, yang membiayai sekolahku
sehingga aku kini adalah seorang propagandis pemakaian alat kontrasepsi.
Lalu mengapa orang kurang menghayati status yang kini kumiliki. Menjadi
propagandis tersebut tidak hanya membawa keuntungan materi berupa gaji
dan insentif melainkan ada lagi yang lain.
Jadi, aku mengalah pada keteguhan sikap ayah. Rela setiap kali beli
baterai dan nyetrum aki, dan rela menerima celoteh orang sekampung yang
tiada hentinya.
Ketika ayah sakit, beliau tidak mau dirawat di rumah sakit. Keadaan
beliau makin hari makin serius. Tapi beliau bersiteguh tak mau diopname.
Aku berusaha menyingkirkan perkara yang kukira menyebabkan ayah tak
mau masuk rumah sakit.
“Apakah ayah khawatir di rumah sakit nanti ayah akan dirawat dalam
ruang yang diterangi lampu listrik? Bila demikian halnya maka akan
kuusahakan agar mereka menyalakan lilin saja khusus bagi ayah.
Tanggapan ayah ada rasa tersinggung yang terpancar dari mata beliau
yang sudah biru memucat. Ya, Tuhan, lagi-lagi aku menyesal. Dan jiwaku
mendadak buntu ketika mendengar ucapan ayah yang keluar tersendatsendat.
“Sudahlah, Nak. Kamu lihat sendiri aku hampir mati. Sepeninggalku
nanti kamu bisa secepatnya memasang listrik di rumah ini.
Tidak pernah sekalipun aku mendengar kata-kata ayah yang
mengandung ironi demikian tajam. Sesalku tak habis-habisnya. Dan malu.
Kewahlianku melakukan pendekatan verbal yang biasa aku lakukan selama
menjadi propagandis alat kontrasepsi ternyata hanya punya arti negatif di
hadapan ayah. Lebih malu lagi karena ucapan ayah tadi adalah kata-kata
terakhir yang ditujukan kepadaku.
Seratus hari sudah kematian ayah orang-orang bertahlil di rumahku
sudah duduk di bawah lampu neon dua puluh watt. Mereka memandangi
lampu dan tersenyum. Dua tetangga belakang yang tentu saja sudah pasang
listrik mendekatiku.
“Nah, lebih enak dengan listrik, ya Mas?”
Aku diam karena sebal melihat gaya mereka yang pasti menghubunghubungkan
pemasangan listrik di rumahku yang baru bisa terlaksana sesudah
kematian ayah. Oh, mereka tidak tahu bahwa aku sendiri menjadi linglung.
Listrik memang sudah kupasang tapi aku justru takut menghidupkan radio,
TV, dan pemutar pita rekaman. Sore hari aku tak pernah berbuat apa pun
sampai ibu yang menghidupkan lampu. Aku enggan menjamah sakelar
karena setiap kali aku melakukan hal itu tiba-tiba bayangan ayah muncul
dan kudengar keletak-keletik suara tasbihnya.
Linglung. Maka tiba-tiba mulutku nyerocos. Kepada tamu yang
bertahlil aku mengatakan alasan yang sebenarnya mengapa ayahku tidak
suka listrik, suatu hal yang seharusnya tetap kusimpan.
“Ayahku memang tidak suka listrik. Beliau punya keyakinan hidup
dengan listrik akan mengundang keborosan cahaya. Apabila cahaya
dihabiskan semasa hidupnya maka ayahku khawatir tidak ada lagi cahaya
bagi beliau di dalam kubur”.
Aku siap menerima celoteh dan olok-olok yang mungkin akan
dilontarkan para tamu. Karena aku sendiri pernah menertawakan pikiran
ayah yang antik itu. Aneh, para tamu malah menunduk. Aku juga menunduk,
sambil berdoa tanpa sedikitpun kadar olok-olok. Kiranya ayahnya mendapat
cukup cahaya di alam sana.
Sinopsis “Layar Terkembang” karya Sultan Takdir Ali Syahbana
Maria
dan Yusuf adalah sepasang kekasih. Mereka bertemu ketika Maria bersama Tuti
kakaknya mengunjungi Gedung Akuarium di Pasar Ikan. Maria dan Tuti adalah putrid
dari Raden Wiriatmaja. Meskipun bersaudara, mereka sungguh berbeda karakternya.
Tuti berusia 25 tahun, dia wanita yang pandai, cakap, serius dan pendiam namun
aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kemasyarakatan. Sedangkan Maria
seorang adik berusia 20 tahun, dia gadis lincah, periang dan suka
bersenang-senang.
Saat
kakak beradik itu sedang jalan-jalan, ddisitulah Maria dan Tuti bertemu dengan
Yusuf. Yusuf adalah mahasiswa kedokteran di Jakarta. Ia anak dari Demang Munaf
dan tinggal di Martapura Sumatera Selatan. Dalam perkenalan itu, Yusuf lebih
tertarik kepada Maria, karena Maria terlihat lincah dan menarik hati Yusuf.
Dalam kesempatan yang tak terduga mereka bertemu lagi. Sejak saaat itu benih
cinta mulai muncul antara Maria dan Yusuf. Semakin hari mereka semakin dekat.
Maria sangat memuji dan mengharap Yusuf. Sikap Maria itu membuat Tuti menegur Maria.
Tuti menegur Maria agar ia tidak bergatung dan terlalu mengharap kepada pria.
Tuti beranggapan jika wanita terlalu mengharap pria, maka itu akan menyebabkan
martabat kaum wanita direndahkan. Akibat tuti menegur sang adik, terjadilah
salah faham antara adik dan kakak tersebut. Maria menganggap Tuti terlalu
memandang cinta itu selalu diperhitungkan, sesuatunya selalu di buat sulit dan
berbelit-belit bahkan Maria yang saat itu sedang emosi telah menyinggung sang
kakak bahwa karena sikapnya sendirilah yang menyebabkan putus dengan
tunangannya, Hambali.
Setelah salah faham dan menyebabkan sedikit
adu mulut itu,tuti mulai merubah sikapnya yang selama ini ada dalam fikirannya.
Ia mulai berfikir tidak berdasarkan teori. Ia mulai merasa bahwa apa yang ia
katakana pada organisasi kemasyarakatan itu tidak sesuai dengan kehidupan
pribadinya. Ia menengok pada kehidupan adiknya yang setiap waktu ada yang
menemani yaitu Yusuf. Timbul rasa untuk memiliki seorang pria disampingnya.
Di
tempat kerjanya, Tuti mempunyai teman baru, seorang guru muda bernama Soepomo. Soepomo
tertarik pada wanita cantik dan cerdas seperti tuti. Waktu terus berjalan, Soepomo
yang memendam perasaan cinta kepada Tuti
akhirnya dibalas. Mereka pun menjalin hubungan kasih. Soepomo sangat tulus mencintai Tuti, akan tetapi Tuti
tidak yakin kalau ia mempunyai cinta yang tulus seperti apa yang dimiliki Soepomo.
Ia ragu, karena ia merasa Soepomo hanya
untuk pelarian dan dari kesepian dan perasaan sesaat.
Di
samping itu, Maria sedang sakit demam tinggi, muntah darah dan TBC. Ia dirawat
di rumah sakit karena keadaannya sudah parah. Sebulan sudah Maria sakit, malah
keadaannya semakin lemah. Tuti sangat setia menjaga dan merawat adiknya. Dalam keadaan
seperti itu, Soepomo datang untuk mempersunting Tuti tapi Tuti menolaknya. Tuti
merasa belum cocok dengan Soepomo. Ia sekarang ingin lebih fokus kepada kesehatan
Maria. Tuti dan Yusuf bersama-sama menjaga Maria, mereka sekarang menjadi lebih
akrab. Maria yang melihat keadaan itu justru malah senang. Hingga akhirnya Maria
meninggal ia pun berpesan agar Yusuf dan Tuti hidup bersama dalam suatu ikatan
rumah tangga yang bahagia. Akhirnya Tuti dan Yusuf memutuskan untuk menikah
karena memang cinta itu sudah datang ketika mereka sama-sama menjaga Maria.
Sinopsis "Bekisar Merah" karya Ahmad Tohari
Lasiyah
adalah anak dari sepasang suami istri Wiyarji. Ia biasa di panggil Lasi. Ayh kandung Lasi sebenarnya adalah orang Jepang,
namun ia telah pergi ketika Lasi masih dalam kandungan 5 bulan. Tidak aneh rasanya jika Lasi cantik dan putih
layaknya gadis Jepang yang sebenarnya. Waktu kecil ia sering di ganggu anak-anak
nakal seusianya, namun ia selalu di bantu Kanjat. Ia adalah teman yang baik
untuk Lasi.
Lasi
tinggal di Karangsoga. Karangsoga adalah sebuah desa di kaki pegunungan
vulkanik yang terlalu subur untuk tanaman selain kelapa, sehingga pohon kelapa itu tak berpeluang mengembangkan
pelepah-pelepahnya. Di Karangsoga, pohon kelapa tumbuh dengan pelepah agak
kuncup, karena tak sempat mengembang dalam bulatan penuh sehingga tak bisa
menghasilkan buah yang banyak. Boleh jadi karena keadaan itu orang Karangsoga
pada generasi terdahulu memilih menyadap pohon-pohon kelapa mereka daripada
menunggu hasil buahnya yang tak pernah
memuaskan.
Lasi
mulai beranjak dewasa, ia di lamar oleh salah satu gurunya namun ia menolak.
Akhirnya Lasi tertarik kepada Darsa, ia adalah pemuda penyadap nira kelapa di
desa Karangsoga tersebut. Setelah menikah, Lasi dan Darsa tinggal rumah bambu
yang kecil yang terasa sepi dan dingin. Pagi itu, Darsa melakukan aktivitasnya yaitu
menyadap nira kelapa. Ketika sedang di atas pohon yang tinggi, fikiran Darsa
melayang. Di satu sisi Darsa sangat
beruntung mempunyai istri cantik seperti Lasi, namun ada pertanyaan dalam hati,
mengapa menikah 3 th mereka belum di karuniai momongan. Itu semua membuat Darsa
kehilangan keseimbangan sehingga ia jatuh. Beruntung ada Mukri tetangganya yang
mengetahui hal itu langsung berbuat sesuatu. Ia mengencingi Darsa yang dipercayai
sebagai penanganan yang tepat.
Lasi
hanya bisa menangis melihat suaminya tergeletak lemah tak berdaya. Darsa di
bawa ke rumah sakit setelah kejadian itu, sebenarnya ia di sarankan untuk di
bawa ke rumah sakit yang lebih besar untuk dilakukan bedah syaraf karena air kencingnya masih terus
menetes, namun karena keterbatasan biaya akhirnya di rawat di rumah saja. Di
panggilah dukun bayi yang juga bisa mengurut Darsa namanya Bunek. Setelah setengah
tahun beristirahat, Darsa mulai kembali beraktivitas yang ringan-ringan untuk melemaskan
ototnya yang sekian lama terpaksa harus di istirahatkan. Akhirnya Darsa sembuh
dari penyakitnya. Lasi pun sangat bahagia. Namun setelah kesembuhan Darsa, Lasi justru di hadapkan dengan masalah yang
sangat melukai hatinya. Sipah anak bungsu Bunek bersikeras meminta agar Darsa menikahinya. Ini semua adalah rencana
busuk Bunek, Bunek memancing Darsa agar tertarik kepada Sipah, dengan tujuan agar kelak Bunek dapat menuntut
Darsa untuk menikahi Sipah. Bunek tidak mau melihat anaknya yang
cacat selalu digunjingkn tetangga sebagai
perawan tua. Lasi merasa sakit karena perbuatan Darsa dan lebih-lebih sakit
karena merasa dirinya tidak lagi berharga untuk seorang suami, membuat tekadnya
lebih pekat. Ia meninggalkan desa itu dan menuju Jakarta, meskipun ia tak tahu
akan arah tujuannya.
Setelah
tiba di Jakarta, Lasi singgah di rumah Bu Lanting, sebelumnya ia tinggal di
warung Bu Koneng. Ibu Lanting menganggap Lasi sebagai anaknya, awalnya terlihat
baik namun ternyata ada maksud lain. Secara tidak langsung Bu Lanting menjual
Lasi kepada Handarbeni. Handarbeni adalah orang kaya yang sudah tua bahkan
sudah punya dua istri. Bu Lanting berusaha meracuni pikiran Lasi, Bu Lanting terus
meminta agar Lasi mau menikah dengan Handarbeni. Di Jakarta ia pernah di kunjungi
Kanjat, ia mengajak Lasi pulang namun Lasi menolaknya. Sejak pertemuan itu Lasi
jadi sering memikirkan Kanjat.
Setelah
6 bulan berlalu dan Lasi resmi menjadi janda atas Darsa, akhirnya Handarbeni pun menikahi Lasi. Setelah setahun menikah, Lasi merasa sangat kecewa ketika
menyadari bahwa perkawinannya dengan Handarbeni memang benar main-main. Lasi
merasa dirinya hanya dijadikan pelengkap untuk sekadar kesenangan dan gengsi.
Lasi kembali pulang ke kampung halamannya,
disana ia kembali dekat dengan Kanjat. Lasi pun menaruh harapan kepada
Kanjat agar kelak ketika Lasi sudah menjanda untuk kedua kalinya, ia ingin agar
Kanjat menikahinya. Ternyata selama ini Kanjat tidak pernah dekat dengan wanita
manapun, karena ia masih setia menunggu Lasi.
Selasa, 11 Desember 2012
Kepiting dalam Ember
Di tepi
pantai para nelayan sibuk menangkap kepiting. Mereka menangkap satu per satu.
Kemudian hasil tangkapannya sebagian akan dimasak untuk lauk sendiri dan
sebagian lainnya akan langsung di jual.
Ada
yang aneh yang dilakukan oleh para nelayan itu, untuk menampung hasil
tangkapannya mereka memilih membawa baskom terbuka menyerupai ember tanpa
penutup. Kenapa demikian ?
Sekumpulan kepiting hasil tangkapan mereka tersebut tidak akan
bisa keluar, karena jika salah satu kepiting akan berusaha keluar dari ember
maka kepiting yang lain akan mengganggu dengan capitnya sehingga satupun tidak
akan ada yang berhasil keluar. Dan hidup matinya kepiting tersebut akan dilihatnya keesokan harinya.
*Dari sepenggal cerita tersebut, dapat
kita ambil nilai kehidupannya, yaitu :
Manusia
tidak pernah puas dengan apa yang telah mereka capai, namun terkadang mereka
menempuh jalan yang salah untuk mencapai kepuasan mereka. Mereka selalu ingin
menjadi pemenang meskipun yang mereka lakukan justru merugikan orang lain.
Mereka selalu sibuk menghalangi orang lain yang ingin sukses karena mereka
tidak ingin melihat orang lain sukses. Mereka selalu ingin menjadi pemenang
walau sesungguhnya mereka pecundang.
Selasa, 04 Desember 2012
Tehnik Membaca Skimming dan Scanning
Skimming dan scanning adalah teknik
membaca cepat yang sangat bermanfaat bagi orang-orang yang dihadapkan pada
banyak literatur sementara hanya ada sedikit waktu untuk mencari informasi yang
dibutuhkan. Sering terjadi kerancuan dalam membedakan antara skimming dan
scanning. Keduanya merupakan teknik membaca cepat, hanya saja berbeda
tujuan penggunaan.
Komponen
|
Skimming
|
Scanning
|
Pengertian
|
Skimming digunakan untuk mendapatkan
gagasan utama dari sebuah teks. Untuk mengetahui apakah suatu artikel sesuai
dengan apa yang kita cari. Untuk menilai artikel tersebut, apakah menarik
untuk dibaca lebih lanjut secara mendetail. Kecepatan membaca secara skimming
biasanya sekitar 3-4 kali lebih cepat dari membaca biasa.
|
Scanning digunakan untuk mendapatkan
informasi spesifik dari sebuah teks. Biasanya, ini dilakukan jika Anda telah
mengetahui dengan pasti apa yang Anda cari sehingga berkonsentrasi mencari
jawaban yang spesifik.
Scanning berkaitan dengan menggerakan mata
secara cepat keseluruh bagian halaman tertentu untuk mencari kata dan frasa
tertentu.
|
Contoh
|
skimming untuk mendapatkan gagasan utama
dari sebuah halaman buku teks sehingga dapat memutuskan apakah buku tersebut
berguna dan perlu dibaca lebih pelan dan mendetail.
|
scanning untuk menemukan nomer tertentu di
direktori telepon, kata di kamus.
|
Strategi
|
Langkah-langkah
skimming :
|
Langkah-langkah
scanning :
|
Dalam
prakteknya, skimming dan scanning seringkali digabung. Setelah
melakukan skimming selanjutnya pembaca memutuskan teks tersebut menarik,
lalu dilanjutkan dengan scanning lokasi informasi yang spesifik. Bisa
juga sebaliknya, melakukan scanning ketika pertama kali menemukan sumber
untuk menentukan apakah teks tersebut akan menjawab pertanyaan Anda dan
selanjutnya melakukan skimming mencari pesan yang ingin disampaikan
penulis atau gagasan utamanya.
Jadi selain
berusaha meningkatkan minat baca, maka guru juga harus mulai mensosialisasikan
dan membiasakan siswanya untuk berlatih membaca cepat, baik itu skimming maupun
scanning. Semua perlu dilakukan secara bertahap. Latihan sejak dini saat
masih dibangku sekolah akan sangat membantu siswa ketika masuk dunia
perkuliahan. Bukan hanya siswa yang bisa memanfaatkan teknik skimming dan
scanning, tetapi juga guru dan semua orang yang membutuhkan bacaan sebagai
sumber informasi dalam hidupnya.
Sekarang,
daya bangkit tiap sekolah ditentukan oleh kemampuan siswanya membaca. Untuk
meningkatkan itu, mari berlatih dahulu. Perhatikan model dalam artikel
yang berbahasa Inggris. Lalu carilah model yang sepadan dalam bahasa Indonesia.
Selamat mencoba dan membandingkan dengan mengklik link berikut :
Mengatasi Rasa Takut Berbicara di Depan Umum
Apa yang Anda rasakan sesaat
sebelum tampil melakukan presentasi di depan umum? Apakah telapak tangan Anda
berkeringat, kerongkongan kering dan tercekat, wajah memerah, suara bergetar,
jantung berdebar, dan perut mulas? Penderitaan semacam ini tak hanya Anda alami
saat berbicara di hadapan ratusan orang yang tidak Anda kenal, tetapi juga saat
rapat bersama rekan-rekan Anda sendiri.
Pada saat itu, Anda sebenarnya
sedang mengalami sindrom tidak percaya diri. Penyebabnya, karena Anda memang
tidak terbiasa berbicara di depan umum, atau tidak siap tampil. Hal ini tak
hanya dialami oleh Anda yang baru pertama kali menjadi pembicara. Bahkan
orang yang sudah sering tampil sebagai public speaker pun
masih sering mengalaminya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Bisa karena
belum mempersiapkan diri dengan materi, bisa pula karena tidak
tahu siapa hadirin yang dihadapi.
Membangun kepercayaan
diri
Menurut Alexander Sriewijono,
psikolog yang juga pendiri TALK-inc, School for TV Presenter-MC, seorang
pembicara yang sukses selalu tahu cara membangkitkan kepercayaan dalam dirinya,
sebaiknya ia tahu cara membawakan pidato atau presentasinya. Apalah artinya
kata-kata yang hebat apabila tidak disertai keyakinan pada saat
menyampaikannya.
Untuk membangun kepercayaan
diri, ada tiga strategi yang dapat dilakukan:
A. Mengembangkan sikap matang, yang
terdiri atas tiga hal:
1. Kecerdasan emosional, yaitu
kemampuan untuk mengendalikan emosi dan rasa takut yang muncul dalam dirinya,
dan menjadikan emosi itu sebagai pemacu untuk bertindak sesuai tujuan yang
ingin dicapai.
2. Tampilkan kematangan usia,
sehingga Anda dapat menyampaikan gagasan dan perasaannya secara dewasa,
asertif, dan profesional. Artinya, Anda tidak berbicara seperti remaja,
menggunakan gaya bahasa remaja (kecuali saat berbicara di forum remaja), atau
berpikir dangkal seperti remaja yang belum mampu berpikir kritis.
3. Membangun gambaran yang
positif terhadap diri sendiri. Penilaian orang lain terhadap diri kita (impression)
sering mempengaruhi penilaian kita tentang diri sendiri (self-image).
Penilaian yang buruk membuat kita jadi rendah diri. Bagi orang yang memiliki
penghargaan diri (self-esteem) yang rendah, penilaian orang lain
terhadap dirinya membuat ia menjadi terpuruk. Inilah mengapa kita cemas atau
takut tidak tampil bagus, takut ditertawakan, takut salah, dan seterusnya.
B. Kendalikan penghambat kepercayaan diri Anda, yang umumnya ada tiga hal:
1. Cara berpikir negatif
terhadap diri sendiri, seperti perasaan tidak siap tampil di depan umum, tidak
menguasai topik, takut dikritik, takut presentasinya akan mengecewakan, tidak
tahu apa yang harus disampaikan, dan lain-lain. Jelas bukan hadirin yang
membuat Anda tidak percaya diri, melainkan pikiran negatif Anda
sendiri.
2. Nyatakan perasaan atau
pikiran Anda dengan lebih spesifik, apakah sedih, takut, kecewa, kesepian, dan
sebagainya; bukannya "saya merasa kacau". Ketika mengekspresikan
perasaan marah, jelaskan dulu perilaku spesifik yang tidak Anda sukai, lalu
perasaan Anda sendiri. Atau bila ada perasaan ganda mengenai sesuatu, sampaikan
dengan jelas. Misalnya, "Saya punya perasaan ganda tentang apa yang baru
Anda lakukan. Saya senang dan berterima kasih Anda telah membantu saya
menjelaskan masalah, tapi saya tidak suka diinterupsi ketika belum selesai
berbicara." Penggunaan kata "Saya" atau "Saya merasa"
akan membantu Anda mengekspresikan perasaan yang sulit tanpa menyerang harga
diri lawan bicara.
3. Cara Anda menempatkan diri
yang terlalu rendah atau terlalu tinggi di hadapan orang lain. Pembicara yang
memandang dirinya lebih dari orang lain tidak dapat menciptakan atmosfer yang
positif dalam suatu presentasi. Ia berbicara terus-menerus, mendominasi
percakapan, dan tidak memberikan kesempatan pada hadirin untuk mengungkapkan
gagasan, sehingga komunikasi berlangsung satu arah. Sebaiknya, pembicara yang
merasa dirinya lebih rendah daripada hadirin cenderung tidak tegas ketika
menyampaikan suatu pesan yang harus diwujudkan dalam tindakan. Ia membiarkan
hadirin mendebat argumentasinya tanpa hasrat kuat untuk mempertahankannya.
Ketika hadirin asyik berbicara sendiri, ia tidak berani memperingatkannya.
C. Atasi rasa takut Anda.
Anda bisa
membiarkan rasa takut menguasai pikiran, atau justru menggunakannya untuk
membuat latihan berbicara yang maksimal. Ada beberapa tips yang bisa Anda
lakukan sebelum menyampaikan presentasi:
* Atur nafas sampai merasa
tenang.
* Buat jeda beberapa saat
sebelum memulai pidato.
* Yakini bahwa tanda-tanda
kecemasan fisik itu tak terlihat.
* Jangan biarkan hadiri
mengetahui kegugupan Anda, apalagi meminta maaf untuknya.
* Buatlah persiapan matang
sebelum tampil.
* Terimalah ketidaksempurnaan.
* Jangan terbebani oleh
penampilan, fokuslah pada komunikasi.
* Jangan membebani pikiran
dengan berusaha menghafal isi pidato.
* Gunakan alat-alat bantu untuk
mengalihkan kecemasan.
* Bayangkan diri Anda tengah
memberikan pidato yang bagus dan kuat.
Variasi Bahasa
Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan
oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu
terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi
bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai
alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka raga. Namun Halliday
membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian
(register).
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita
bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi
bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing.
b. Variasi
bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain
sebagainya.
c. Variasi
bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi
bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi
bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan
variasi remaja atau orang dewasa.
f. Variasi
bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat
pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan
sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah
tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas
akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi
bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi
bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi bahasa
berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang
digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu
mempunyai perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi
bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang
lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja)
dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata,
seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja
menggunakan kata mangkat.
j. Variasi
bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan
sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang
mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang
berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan
variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para
penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang,
kulokial, jargon, argoi, dan ken.
Adapun penjelasan tentang variasi bahasa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. akrolek
adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
darivariasi sosial lainya;
2. basilek
adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
dipandang rendah;
3. vulgal
adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. slang
adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. kolokial
adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
6. jargon
adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. argot
adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
8. ken
adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan
kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut
fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu
digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik,
militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa
dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan
dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan
penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata
yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700)
membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya
atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya
atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya
atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang
berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya
atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya
atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek
dan tidak jelas.
f. Variasi
bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan
dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi
bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang
tidak sama.
SEBAB-SEBAB
ADANYA VARIASI BAHASA
Beberapa penyebab
adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1.
Interferensi
Chaer (1994:66)
memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain
ke dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak adanya penyimpangan
kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama
dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa nasional
terkalahkan oleh bahasa daerah. Alwi,
dkk.(eds.) (2003:9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa
Jawa, misalnya pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan
bahsa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian
bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Selain bahasa
daerah, bahasa asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan
di atas bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi
kebiasaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya
bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi
bahasa primadona. Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull”
untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat
datang”.
2.
Integrasi
Selain Interferensi,
integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer
(1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang
terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai sebagai bagian dari
bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya
memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di
sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang
berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.
3.
Alih kode dan Campur Kode
Alih kode adalah
beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode
yang lain (bahasa lain) (Chaer, 1994:67). Campur kode adalah dua kode atau
lebih di gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi
santai (Chaer, 1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun
campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur
bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering
kali bahasa Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4.
Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan
salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah
ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal
sebagai bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang
digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus
bahasa gaul pada tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah sebagai
berikut :
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul
Ayah Bokap, Ibu Nyokap,
Saya Gue
Langganan:
Postingan (Atom)
Blog Archive
-
▼
2012
(10)
-
▼
Desember
(10)
- diskusi dan macamnya
- Change Of Heart - Muslim Short Film
- Cerpen "Rumah yang Terang" karya Ahmad Tohari
- Sinopsis “Layar Terkembang” karya Sultan Takdir Al...
- Sinopsis "Bekisar Merah" karya Ahmad Tohari
- Kepiting dalam Ember
- Tehnik Membaca Skimming dan Scanning
- Mengatasi Rasa Takut Berbicara di Depan Umum
- Variasi Bahasa
- Alih Kode dan Campur Kode
-
▼
Desember
(10)