Variasi Bahasa disebabkan oleh adanya kegiatan interaksi sosial yang
dilakukan oleh masyarakat atau kelompok yang sangat beragam dan dikarenakan
oleh para penuturnya yang tidak homogen. Dalam hal variasi bahasa ini ada dua
pandangan. Pertama, variasi itu dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial
penutur bahasa itu dan keragaman fungsi bahasa itu. Jadi variasi bahasa itu
terjadi sebagai akibat dari adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi
bahasa. Kedua, variasi bahasa itu sudah ada untuk memenuhi fungsinya sebagai
alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang beraneka raga. Namun Halliday
membedakan variasi bahasa berdasarkan pemakai (dialek) dan pemakaian
(register).
Chaer (2004:62) mengatakan bahwa variasi bahasa itu pertama-tama kita
bedakan berdasarkan penutur dan penggunanya, Adapun penjelasan variasi bahasa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Variasi bahasa dari segi penutur
a. Variasi
bahasa idioiek
Variasi bahasa idioiek adalah variasi bahasa yang bersifat perorangan.
Menurut konsep idioiek. setiap orang mempunyai variasi bahasa atau idioleknya
masing-masing.
b. Variasi
bahasa dialek
Variasi bahasa dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang
jumlahnya relatif, yang berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu.
Umpamanya, bahasa Jawa dialek Bayumas, Pekalongan, Surabaya, dan lain
sebagainya.
c. Variasi
bahasa kronolek atau dialek temporal
Variasi bahasa kronolek atau dialek temporal adalah variasi bahasa yang
digunakan oleh sekelompok sosial pada masa tertentu. Misalnya, variasi
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi bahasa pada tahun lima puluhan, dan variasi bahasa pada masa kini.
d. Variasi
bahasa sosiolek
adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan, dan kelas
sosial para penuturnya. Variasi bahasa ini menyangkut semua masalah pribadi
para penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat
kebangsawanan, keadaan sosial ekonomi, dan lain scbagainya.
e. Variasi
bahasa berdasarkan usia
Variasi bahasa berdasarkan usia yaitu varisi bahasa yang digunakan
berdasarkan tingkat usia. Misalnya variasi bahasa anak-anak akan berbeda dengan
variasi remaja atau orang dewasa.
f. Variasi
bahasa berdasarkan pendidikan, yaitu variasi bahasa yang terkait dengan tingkat
pendidikan si pengguna bahasa. Misalnya, orang yang hanya mengenyam pendidikan
sekolah dasar akan berbeda variasi bahasanya dengan orang yang lulus sekolah
tingkal atas. Demikian pula, orang lulus pada tingkat sekolah menengah atas
akan berbeda penggunaan variasi bahasanya dengan mahasiswa atau para sarjana.
g. Variasi
bahasa berdasarkan seks
Variasi bahasa berdasarkan seks adalah variasi bahasa yang terkait dengan
jenis kelamin dalam hal ini pria atau wanita. Misalnya, variasi
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
bahasa yang digunakan o!eh ibu-ibu akan berbeda dengan varisi bahasa yang digunakan oleh bapak-bapak.
h. Variasi
bahasa berdasarkan profesi, pekerjaan, atau tugas para penutur Variasi bahasa
berdasarkan profesi adalah variasi bahasa yang terkait dengan jenis profesi,
pekerjaan dan tugas para penguna bahasa tersebut. Misalnya, variasi yang
digunakan oleh para buruh, guru, mubalik, dokter, dan lain sebagninya tentu
mempunyai perbedaan variasi bahasa.
i. Variasi
bahasa berdasarkan tingkat kebangsawanan
Variasi bahasa berdasarkan lingkal kebangsawanan adaiah variasi yang
lerkail dengan lingkat dan kedudukan penuliir (kebangsawanan atau raja-raja)
dalam masyarakatnya. Misalnya, adanya perbedaan variasi bahasa yang digunakan
oleh raja (keturunan raja) dengan masyarakat biasa dalam bidang kosa kata,
seperti kata mati digunakan untuk masyarakat biasa, sedangkan para raja
menggunakan kata mangkat.
j. Variasi
bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur
Variasi bahasa berdasarkan tingkat ekonomi para penutur adalah variasi
bahasa yang mempunyai kemiripan dengan variasi bahasa berdasarkan tingkat
kebangsawanan hanya saja tingkat ekonomi bukan mutlak sebagai warisan
sebagaimana halnya dengan tingkat kebangsawanan. Misalnya, seseorang yang
mempunyai tingkat ekonomi yang tinggi akan mempunyai variasi bahasa yang
berbeda dengan orang yang mempunyai tingkat ekonomi lemah. Berkaitan dengan
variasi bahasa berdasarkan tingkat golongan, status dan kelas sosial para
penuturnya dikenal adanya variasi bahasa akrolek, basilek, vulgal, slang,
kulokial, jargon, argoi, dan ken.
Adapun penjelasan tentang variasi bahasa
tersebut adalah sebagai berikut:
1. akrolek
adalah variasi sosial yang dianggap lebih tinggi atau lebih bergengsi
darivariasi sosial lainya;
2. basilek
adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi atau bahkan
dipandang rendah;
dipandang rendah;
3. vulgal
adalah variasi sosial yang ciri-cirinya tampak pada pemakai bahasa yang
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
kurang terpelajar atau dari kalangan yang tidak berpendidikan;
4. slang
adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia;
5. kolokial
adalah variasi sosial yang digunakan dalam percakapan sehari-hari yang
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
cenderung menyingkat kata karena bukan merupakan bahasa tulis. Misalnya dok
(dokter), prof (profesor), let (letnan), nda (tidak), dll
6. jargon
adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh kelompok sosial
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
tertentu. Misalnya, para montir dengan istilah roda gila, didongkrak, dll;
7. argot
adalah variasi sosial yang digunakan secara terbatas oleh profesi tertentu
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
dan bersifat rahasia. Misalnya, bahasa para pencuri dan tukang copet kaca mata
artinya polisi;
8. ken
adalah variasi sosial yang bernada memelas, dibuat merengek-rengek penuh dengan
kepura-puraan. Misalnya, variasi bahasa para pengemis.
2. Variasi bahasa dari segi pemakaian
Variasi bahasa berkenaan dengan pemakaian atau funsinya disebut
fungsiolek atau register adalah variasi bahasa yang menyangkut bahasa itu
digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya bidang jurnalistik,
militer, pertanian, perdagangan, pendidikan, dan sebagainya. Variasi bahasa
dari segi pemakaian ini yang paling tanpak cirinya adalah dalam hal kosakata.
Setiap bidang kegiatan biasanya mempunyai kosakata khusus yang tidak digunakan
dalam bidang lain. Misalnya, bahasa dalam karya sastra biasanya menekan
penggunaan kata dari segi estetis sehingga dipilih dan digunakanlah kosakata
yang tepat.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
Ragam bahasa jurnalistik juga mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan mudah; komunikatif karena jurnalis harus menyampaikan berita secara tepat; dan ringkas karena keterbatasasan ruang (dalam media cetak), dan keterbatasan waktu (dalam media elektronik). Intinya ragam bahasa yang dimaksud di atas, adalah ragam bahasa yang menunjukan perbedaan ditinjau dari segi siapa yang menggunakan bahasa tersebut.
3. Variasi bahasa dari segi keformalan
Variasi bahasa berdasarkan tingkat keformalannya, Chaer (2004:700)
membagi variasi bahasa atas lima macam gaya, yaitu:
a. Gaya
atau ragam beku (frozen)
Gaya atau ragam beku adalah variasi bahasa yang paling formal, yang
digunakan pada situasi-situasi hikmat, misalnya dalam upacara kenegaraan,
khotbah, dan sebagai nya.
b. Gaya
atau ragam resmi (formal)
Gaya atau ragam resmi adalah variasi bahasa yang biasa digunakan pada
pidato kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat, dan lain sebagainya.
c. Gaya
atau ragam usaha (konsultatif)
Gaya atau ragam usaha atau ragam konsultatif adalah variasi bahasa yang
lazim dalam pembicaraan biasa di sekoiah, rapat-rapat, atau pembicaraan yang
berorientasi pada hasil atau produksi.
d. Gaya
atau ragam santai (casual)
Gaya bahasa ragam santai adalah ragam bahasa yang digunakan dalam situasi
yang tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
waktu istirahat dan sebagainya.
e. Gaya
atau ragam akrab (intimate)
Gaya atau ragam akrab adalah variasi bahasa yang biasa digunakan leh para
penutur yang hubungannya sudah akrab. Variasi bahasa ini biasanya pendek-pendek
dan tidak jelas.
f. Variasi
bahasa dari segi sarana
Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang
digunakan. Misalnya, telepon, telegraf, radio yang menunjukan adanya perbedaan
dari variasi bahasa yang digunakan. salah satunya adalah ragam atau variasi
bahasa lisan dan bahasa tulis yang pada kenyataannya menunjukan struktur yang
tidak sama.
SEBAB-SEBAB
ADANYA VARIASI BAHASA
Beberapa penyebab
adanya variasi bahasa adalah sebagai berikut :
1.
Interferensi
Chaer (1994:66)
memberikan batasan bahwa interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain
ke dalam bahasa yang sedang digunakan,sehingga tampak adanya penyimpangan
kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Bahasa daerah menjadi proporsi utama
dalam komunikasi resmi, sehingga rasa cinta terhadap bahasa nasional
terkalahkan oleh bahasa daerah. Alwi,
dkk.(eds.) (2003:9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa
Jawa, misalnya pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan
bahsa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian
bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Selain bahasa
daerah, bahasa asing (Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan
di atas bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa inggris di ruang umum telah menjadi
kebiasaan yang tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengakibatkan lunturnya
bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi
bahasa primadona. Misalnya masyarakat lebih cenderung menggunakan kata “pull”
untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome” untuk “selamat
datang”.
2.
Integrasi
Selain Interferensi,
integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer
(1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang
terbawa masuk dan sudah dianggap, diperlukan dan di pakai sebagai bagian dari
bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya
memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah di
sesuaikan, baik lafalnya, ejaannya, maupun tata bentuknya. Contoh kata yang
berintegrasi seperti montir, sopir, dongkrak.
3.
Alih kode dan Campur Kode
Alih kode adalah
beralihnya suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode
yang lain (bahasa lain) (Chaer, 1994:67). Campur kode adalah dua kode atau
lebih di gunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi
santai (Chaer, 1994:69). Diantara dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun
campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode.
Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia di campurkan dengan unsur-unsur
bahasa daerah, begitu juga sebaliknya. Dalam kalangan orang terpelajar sering
kali bahasa Indonesia di campur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.
4.
Bahasa Gaul
Bahasa gaul merupakan
salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah
ini mulai muncul pada akhir tahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal
sebagai bahasanya para anak jalanan. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih
dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa kata yang
digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama kamus
bahasa gaul pada tahun 1999. Contoh penggunaan bahasa gaul adalah sebagai
berikut :
Bahasa Indonesia Bahasa Gaul
Ayah Bokap, Ibu Nyokap,
Saya Gue
0 komentar:
Posting Komentar