Lasiyah
adalah anak dari sepasang suami istri Wiyarji. Ia biasa di panggil Lasi. Ayh kandung Lasi sebenarnya adalah orang Jepang,
namun ia telah pergi ketika Lasi masih dalam kandungan 5 bulan. Tidak aneh rasanya jika Lasi cantik dan putih
layaknya gadis Jepang yang sebenarnya. Waktu kecil ia sering di ganggu anak-anak
nakal seusianya, namun ia selalu di bantu Kanjat. Ia adalah teman yang baik
untuk Lasi.
Lasi
tinggal di Karangsoga. Karangsoga adalah sebuah desa di kaki pegunungan
vulkanik yang terlalu subur untuk tanaman selain kelapa, sehingga pohon kelapa itu tak berpeluang mengembangkan
pelepah-pelepahnya. Di Karangsoga, pohon kelapa tumbuh dengan pelepah agak
kuncup, karena tak sempat mengembang dalam bulatan penuh sehingga tak bisa
menghasilkan buah yang banyak. Boleh jadi karena keadaan itu orang Karangsoga
pada generasi terdahulu memilih menyadap pohon-pohon kelapa mereka daripada
menunggu hasil buahnya yang tak pernah
memuaskan.
Lasi
mulai beranjak dewasa, ia di lamar oleh salah satu gurunya namun ia menolak.
Akhirnya Lasi tertarik kepada Darsa, ia adalah pemuda penyadap nira kelapa di
desa Karangsoga tersebut. Setelah menikah, Lasi dan Darsa tinggal rumah bambu
yang kecil yang terasa sepi dan dingin. Pagi itu, Darsa melakukan aktivitasnya yaitu
menyadap nira kelapa. Ketika sedang di atas pohon yang tinggi, fikiran Darsa
melayang. Di satu sisi Darsa sangat
beruntung mempunyai istri cantik seperti Lasi, namun ada pertanyaan dalam hati,
mengapa menikah 3 th mereka belum di karuniai momongan. Itu semua membuat Darsa
kehilangan keseimbangan sehingga ia jatuh. Beruntung ada Mukri tetangganya yang
mengetahui hal itu langsung berbuat sesuatu. Ia mengencingi Darsa yang dipercayai
sebagai penanganan yang tepat.
Lasi
hanya bisa menangis melihat suaminya tergeletak lemah tak berdaya. Darsa di
bawa ke rumah sakit setelah kejadian itu, sebenarnya ia di sarankan untuk di
bawa ke rumah sakit yang lebih besar untuk dilakukan bedah syaraf karena air kencingnya masih terus
menetes, namun karena keterbatasan biaya akhirnya di rawat di rumah saja. Di
panggilah dukun bayi yang juga bisa mengurut Darsa namanya Bunek. Setelah setengah
tahun beristirahat, Darsa mulai kembali beraktivitas yang ringan-ringan untuk melemaskan
ototnya yang sekian lama terpaksa harus di istirahatkan. Akhirnya Darsa sembuh
dari penyakitnya. Lasi pun sangat bahagia. Namun setelah kesembuhan Darsa, Lasi justru di hadapkan dengan masalah yang
sangat melukai hatinya. Sipah anak bungsu Bunek bersikeras meminta agar Darsa menikahinya. Ini semua adalah rencana
busuk Bunek, Bunek memancing Darsa agar tertarik kepada Sipah, dengan tujuan agar kelak Bunek dapat menuntut
Darsa untuk menikahi Sipah. Bunek tidak mau melihat anaknya yang
cacat selalu digunjingkn tetangga sebagai
perawan tua. Lasi merasa sakit karena perbuatan Darsa dan lebih-lebih sakit
karena merasa dirinya tidak lagi berharga untuk seorang suami, membuat tekadnya
lebih pekat. Ia meninggalkan desa itu dan menuju Jakarta, meskipun ia tak tahu
akan arah tujuannya.
Setelah
tiba di Jakarta, Lasi singgah di rumah Bu Lanting, sebelumnya ia tinggal di
warung Bu Koneng. Ibu Lanting menganggap Lasi sebagai anaknya, awalnya terlihat
baik namun ternyata ada maksud lain. Secara tidak langsung Bu Lanting menjual
Lasi kepada Handarbeni. Handarbeni adalah orang kaya yang sudah tua bahkan
sudah punya dua istri. Bu Lanting berusaha meracuni pikiran Lasi, Bu Lanting terus
meminta agar Lasi mau menikah dengan Handarbeni. Di Jakarta ia pernah di kunjungi
Kanjat, ia mengajak Lasi pulang namun Lasi menolaknya. Sejak pertemuan itu Lasi
jadi sering memikirkan Kanjat.
Setelah
6 bulan berlalu dan Lasi resmi menjadi janda atas Darsa, akhirnya Handarbeni pun menikahi Lasi. Setelah setahun menikah, Lasi merasa sangat kecewa ketika
menyadari bahwa perkawinannya dengan Handarbeni memang benar main-main. Lasi
merasa dirinya hanya dijadikan pelengkap untuk sekadar kesenangan dan gengsi.
Lasi kembali pulang ke kampung halamannya,
disana ia kembali dekat dengan Kanjat. Lasi pun menaruh harapan kepada
Kanjat agar kelak ketika Lasi sudah menjanda untuk kedua kalinya, ia ingin agar
Kanjat menikahinya. Ternyata selama ini Kanjat tidak pernah dekat dengan wanita
manapun, karena ia masih setia menunggu Lasi.
0 komentar:
Posting Komentar